Nama : Liska Lesmana
NPM : 14511124
Kelas : 2PA08
Abnormalitas
Abnormalitas dari
beberapa segi, yaitu segi
patologis, statistik, dan segi
kultural/budaya.
-
Abnormal
dipandang dari segi patologis
Dipandang dari segi patologis, tingkah
laku abnormal itu adalah akibat suatu kecelakaan, suatu penyakit, atau status
kepribadian yang kacu (disorder state), yang kita jumpai pada
penderita-penderita simpton klinis tertentu.
-
Abnormal
dipandang dari segi statistik
Ini merupkan pendekatan secara grafis
(tertulis dan gambaran) dan secara matematis mengenai masalah siapakah yang normal
dan abnormal.
-
Abnormalitas
dipandang dari segi kultur/kebudayaan
Dari
segi pandang ini, tingkah laku dan sikap hidup seseorang dianggap sebagai
normal atau abnormal bergantung pada lingkungan kebudayaan tempet tinggal orang
tersebut.
A. Kaitan
konsep motivasi dengan abnormalitas
Motivasi adalah proses
yang menjelaskan intensitas, arah,
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan
teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun
teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang
mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang
dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki
alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan
mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam
pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak
saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua
tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka,
perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat.
Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang
mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan
seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan
prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan,
merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
Orang-orang yang sehat memiliki
motivasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhannya, dengan menggunakan
potensi-potensi yang dimilikinya. Walaupun terdapat kesulitan dalam mencapai
tingkat tertinggi, namun individu sehat selalu terus berusaha sampai pada
tingkat aktualisasi diri, dimana selalu ada keinginan untuk diakui keberadaanya
oleh orang banyak. Sebaliknya orang-orang yang abnormal memiliki motivasi yang
tidak sesuai dengan orang normal. Karena orang abnormal tidak mampu berfungsi
sepenuhnya, sehingga mereka tidak mampu memenuhi segala tuntutan dalam hidup.
B. Kaitan stress dengan abnormalitas
Stres adalah suatu
kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan
padapeluang, tuntutan,
atau sumber daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individuitu dan yang hasilnya dipandang
tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani
yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang
terkontrol secara sehat. (ref:edy64). Stres tidak selalu buruk, walaupun
biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif
ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa
beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif
yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka.
Stres bisa
positif dan bisa negatif. Para
peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan
di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari
stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai
stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan
bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya
dibanding stres hambatan. Pada dasarnya abnormalitas dan stress
memiliki kaitan yang sangat erat, abnormalitas dapat muncul dari stress.
C. Kaitan gender dengan abnormalitas
Kasus
abnormal ini banyak ditemui pada wanita disbanding laki-lakiAnoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap
peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri
pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam
menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta
mengevaluasi tubuh dan makanannya. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang
melibatkan komponenpsikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada
penderitanya ditemukan peningkatan rasioenzim hati ALT dan GGT, hingga
disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Seseorang
yang menderita AN disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali
namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis
kehilangan nafsu makan.